
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menerapkan kebijakan kontrol ekspor baru yang bertujuan membatasi penyebaran chip AI paling canggih—seperti NVIDIA H100—ke sejumlah negara. Kebijakan ini dirancang untuk menjaga agar kekuatan komputasi AI generasi terbaru tidak jatuh ke tangan negara-negara yang dianggap sebagai risiko keamanan.
1. Tiga Tingkatan Negara
Kebijakan baru ini mengkategorikan negara-negara tujuan menjadi tiga kelompok:
Negara mitra terdekat (misalnya Jepang, Inggris, Australia, Kanada, Uni Eropa, Korea Selatan) mendapatkan akses tanpa batas terhadap chip AI mutakhir.
Negara menengah (semisal India, Brasil, Arab Saudi) tetap bisa menerima chip H100, namun dalam jumlah terbatas.
Negara kelompok D:5—yang meliputi China, Rusia, Iran, Korea Utara, dan Venezuela—dilarang keras mengimpor chip tersebut, kecuali ada izin khusus yang hampir selalu ditolak.
2. Kuota Ekspor Global dan Persyaratan Lisensi
AS menetapkan batas global untuk pengecualian lisensi impor chip H100—biasanya hingga 1.700 unit per negara. Di luar batas tersebut, termasuk untuk negara menengah, diperlukan lisensi ekspor. Ada juga ketentuan status khusus:
-
UVEU (Universal Validated End Users): perusahaan AS dan mitra dekat yang memenuhi standar keamanan tinggi bisa impor tanpa batas.
-
NVEU (National Validated End Users): organisasi dari negara menengah bisa memasang chip hingga 320.000 unit dalam dua tahun.
3. Membendung Sumber Penghitung AI Level Tinggi
Tujuan utama kebijakan adalah mencegah negara-negara non-aliansi membangun pusat data AI besar dan sistim superkomputasi yang berada di luar kendali AS. Pengecernya juga terjadi pada penyedia layanan cloud, sehingga negara seperti China tak bisa mengakses layanan AI AS melalui lokasi server di Timur Tengah atau Asia Tenggara.
4. Pembatasan Chip-Memory dan Ekspor Chip Granular
Pembatasan tidak hanya pada chip AI, tetapi juga teknologi terkait seperti High-Bandwidth Memory (HBM). Memory ini esensial agar GPU seperti H100 bekerja optimal, sebab tanpa HBM cepat, chip akan “menganggur” saat menunggu data.
HBM dibatasi ke negara D:5 dan perusahaan milik mereka, serta sejumlah negara sekutu lain. Memory HBM lawas (HBM2) masih diperbolehkan keluar dengan kontrol, sementara versi lebih maju (HBM2e, HBM3, HBM3e) sepenuhnya dibatasi karena bandwidth-nya yang lebih tinggi.
5. Dampak pada Industri Chip AS dan Global
Langkah ini menuai pro dan kontra:
-
Pendukung kebijakan menekankan sisi keamanan nasional, karena chip AI modern bisa digunakan dalam sistem militer dan pengawasan.
-
Penentang di sektor industri (termasuk Nvidia, AMD) khawatir bahwa pembatasan global membuat rantai pasokan menjadi terfragmentasi dan akhirnya menghambat inovasi serta keuntungan perusahaan AS.
-
Aliansi internasional seperti Uni Eropa bereaksi lantang—khawatir kebijakan ini terlalu eksklusif dan melemahkan kerja sama teknologi.
6. Strategi Mitigasi China dan Negara Kelompok D:5
Meski dicegah memasok chip langsung ke China, timbal baliknya muncul:
-
Beberapa perusahaan dan periset China mulai memakai layanan awan di negara ketiga (Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi) untuk mendapatkan komputasi AI dari server yang menggunakan chip AS.
-
China juga meningkatkan investasi dalam chip domestik—seperti Huawei Ascend dan SMIC—untuk mengisi kesenjangan teknologi. Ini adalah perlombaan teknologi berdurasi panjang.
7. Arah Kebijakan di Masa Mendatang
Beberapa perubahan terbaru jadi penting dicermati:
-
Pemerintahan Trump yang baru meneruskan atau bahkan melemahkan beberapa aturan kontrol chip, lewat pembatalan atau pembalikan kebijakan sebelumnya.
-
Namun, muncul juga dorongan untuk menjaga keseimbangan: mendukung inovasi dalam negeri sekaligus membatasi akses bagi rival strategis.
8. Implikasi Globalnya
-
Pusat data AI global kemungkinan besar akan terkonsentrasi di negara-negara sekutu AS atau perusahaan yang memperoleh status UVEU/NVEU.
-
Negara menengah seperti India, Brasil, Arab Saudi, Uni Emirat Arab akan mendapat akses terbatas, tergantung status dan keamanan fasilitas mereka.
-
China dan negara D:5 terhalang secara langsung—tapi bisa cari jalan lain lewat jalur tidak langsung seperti penyewaan komputasi di negara ketiga.
-
Secara keseluruhan, kebijakan ini menciptakan dua lintasan AI global: satu untuk negara sekutu terbukti dan satu lagi untuk negara lain dengan kontrol yang lebih ketat.
Secara keseluruhan, kebijakan ekspor chip AI ini menegaskan posisi AS dalam menjaga keunggulan teknologi dan keamanan nasional, namun juga menimbulkan tantangan bagi industri chip dan mengubah lanskap persaingan AI global. Bagaimana menurut Anda—apakah pembatasan ini efektif atau justru menghambat inovasi dan kerja sama global?
Jika Anda ingin, saya bisa bantu tambahkan konteks tentang dampaknya di Indonesia atau negara-negara Asia Tenggara.